Suatu siang, ketika Anda melewati satu rumah makan, Anda mungkin bingung melihat seseorang makan hamburger dengan lahapnya. Anda bingung bukan karena orang tersebut begitu cepat menyantap hamburger tersebut. Akan tetapi, pembungkus hamburger tersebut pun dengan lahap dimakan orang tersebut. Anda mungkin mengira orang tersebut kurang waras. Tetapi, kemasan tersebut memang bisa dikonsumsi. Inilai buah dari perkembangan teknologi yang luar biasa, yaitu teknologi pengawetan makanan.
Dalam 20 tahun terkahir, bahan kemasan yang berasal dari polimer petrokimia atau yang lebih dikenal dengan plastik, merupakan bahan kemasan yang paling banyak digunakan. Hal ini disebabkan karena berbagai keunggulan plastik seperti fleksibel, mudah dibentuk, transparan, tidak mudah pecah, dan harganya yang relatif murah. Namun ternyata, polimer plastik juga mempunyai berbagai kelemahan, yaitu sifatnya yang tidak tahan panas, mudah robek, dan yang paling penting adalah dapat menyebabkan kontaminasi melalui transmisi monomernya ke bahan yang dikemas.
Kelemahan lain dari plastik adalah sifatnya yang tidak dapat dihancurkan secara alami (non -biodegradable) sehingga menyebabkan beban bagi lingkungan apabila tidak dilakukan daur ulang (recycling). Sampah plastik bekas pakai tidak akan hancur meskipun telah ditimbun berpuluh-puluh tahun, akibatnya penumpukan sampah plastik dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan hidup.
Seiring dengan kesadaran manusia akan masalah ini, maka dikembangkanlah jenis kemasan dari bahan organik dan bahan-bahan terbarukan (renewable). Salah satu jenis kemasan yang bersifat ramah lingkungan adalah kemasan edible (edible packaging). Keuntungan dari edible packaging adalah dapat melindungi produk pangan, penampakan asli produk dapat dipertahankan, dapat langsung dimakan, serta aman bagi lingkungan.
Sejak 5 tahun yang lalu, tren untuk mengkonsumsi makanan semakin menuju ke arah kebiasaan yang baik. Selain pola untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak, orang-orang pun mulai mengkonsumsi makanan yang sehat. Menurut penelitian yang dilakukan di Amerika, 7 dari 10 orang mengkonsumsi lebih banyak buah-buahan dan sayuran daripada makanan lainnya. Permintaan akan makanan sehat semakin meningkat dan wilayah untuk pemasaran produk baru, seperti pembungkus makanan yang dapat dimakan akan semakin meningkat.
Pembungkus dari bahan buah-buahan dan sayuran dapat menggantikan beberapa pembungkus asintetik yang biasanya digunakan untuk mengawetkan dan melindungi makanan tersebut. Pembungkus ini juga dapat dipakai sebagai pembungkus makanan sebelum disimpan di kulkas.
Edible packaging dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu yang berfungsi sebagai pelapis (edible coating) dan yang berbentuk lembaran (edible film). Edible coating banyak digunakan untuk pelapis produk daging beku, makanan semi basah (intermediate moisture f oods), produk konfeksionari, ayam beku, produk hasil laut, sosis, buah-buahan dan obat-obatan terutama untuk pelapis kapsul.
Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan, dibentuk di atas komponen makanan yang berfungsi sebagai penghambat transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen, lemak, dan zat terlarut) dan atau sebagai carrier bahan makanan atau aditif. Edible film harus mempunyai sifat-sifat yang sama dengan film kemasan seperti plastik, yaitu harus memiliki sifat menahan air sehingga dapat mencegah kehilangan kelembaban produk, memiliki permeabilitas selektif terhadap gas tertentu, mengendalikan perpindahan padatan terlarut untuk mempertahankan warna, pigmen alami dan gizi, serta menjadi pembawa bahan aditif seperti pewarna, pengawet dan penambah aroma yang memperbaiki mutu bahan pangan.
Penggunaan edible film untuk pengemasan produk-produk pangan seperti sosis, buah-buahan dan sayuran segar dapat memperlambat penurunan mutu, karena edible film dapat berfungsi sebagai penahan difusi gas oksigen, karbondioksida dan uap air, serta komponen flavor sehingga mampu menciptakan kondisi atmosfer internal yang sesuai dengan kebutuhan produk yang dikemas. Pengembangan produk kemasan luar biasa ini tentunya harus terus ditingkatkan sebagai teknologi pengemasan produk yang bernilai jual tinggi dan ramah lingkungan. Apakah Anda sekarang siap menyonsong dan menyantap kemasan tersebut?
Sumber:
- Banerjee, R., H.Chen and J.Wu, 1996. Milk protein-based edible film mechanical strength changes due to ultrasound process. J.Food Sci. 61(4)
- Edible Packaging, Artikel Teknik Kimia Universitas Gajah Mada. 2003
- Handout kemasan Edible, 2007
- Krochta,J.M. 1992. Control of mass transfer in food with edible coatings and film. In :Singh,R.P. and M.A.Wirakartakusumah (Eds) : Advances in Food Engineering. CRC Press : Boca Raton, F.L.
Ya inilah perkembangan Dus Makanan yang sungguh luar biasa.
ReplyDeletePermisi Ya Admin Numpang Promo | www.fanspoker.com | Agen Poker Online Di Indonesia |Player vs Player NO ROBOT!!! |
ReplyDeleteKesempatan Menang Lebih Besar,
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802