Lemak padat yang menghasilkan tekstur renyah dan rasa gurih itu
digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan berbagai produk yang
berasal dari terigu. Di pasaran, shortening lebih dikenal sebagai lemak
putih atau mentega putih.
Shortening berasal dari lemak hewani, lemak nabati, atau campuran dari
keduanya. Di negara-negara Eropa, Amerika dan Australia banyak digunakan
lemak hewani sebagai sumber pembuatan shortening, seperti tallow (lemak
sapi) atau lard (lemak babi). Hal ini disebabkan karena ketersediaan
bahan baku yang cukup banyak, sementara bahan baku lemak nabati sangat
terbatas.
Lemak hewan ini memiliki tekstur yang sudah padat pada suhu kamar.
Proses yang dilakukan untuk membuat shortening adalah pemisahan dari
jaringan otot, pencampuran, pengadukan dan pembentukan tekstur.
Di negara-negara tropis seperti Indonesia dan Malaysia, banyak
dikembangkan shortening yang berasal dari minyak sawit. Caranya adalah
dengan memisahkan stearin (bagian minyak sawit yang berbentuk padat)
dengan olein (bagian minyak sawit yang cair).
Olein selanjutnya diolah menjadi minyak goreng, sedangkan stearin ini
diolah lebih lanjut menjadi shortening atau margarin. Namun demikian
karena tekstur stearin masih lembek dan mudah meleleh pada suhu kamar,
maka sering dilakukan reaksi hidrogenasi untuk membuat lemak tersebut
lebih padat lagi. Kadang-kadang untuk menghasilkan shortening khusus, ia
masih harus ditambahkan lemak-lemak yang lain, seperti lemak susu atau
lemak hewan.
Shortening nabati vs hewani
Shortening yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sebenarnya memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan shortening hewani. Ketersediaan bahan
baku menyebabkan harga shortening nabati lebih murah.
Selain itu, dari aspek kesehatan, kandungan kolesterol shortening nabati
juga lebih rendah dibandingkan dengan shortening hewani. Oleh karena
itu, shortening ini lebih direkomendasikan bagi kalangan yang rentan
terhadap konsumsi kolesterol.
Hanya saja, shortening tumbuh-tumbuhan ini memiliki tekstur yang kurang
baik bila dibandingkan dengan shortening hewani. Selain itu rasa yang
dihasilkannya tidaklah seenak shortening hewani.
Kelebihan shortening yang berasal dari lemak hewan adalah terletak pada
rasa dan tekstur yang dihasilkannya. Lemak hewan, baik tallow maupun
lard, memiliki rasa spesial: kandungan dan komposisi asam lemaknya
menghasilkan rasa dan aroma yang lebih enak, sehingga lebih disukai oleh
konsumen.
Selain itu lemak hewani memiliki tekstur yang lebih padat, tetapi akan
menghasilkan makanan yang lebih renyah dan empuk. Oleh karena itu
makanan yang menggunakan shortening hewani ini akan menghasilkan makanan
yang lebih lembut, renyah, memiliki aroma yang lebih sedap, dan rasanya
yang lebih lezat.
Mengingat kelebihan dan kekurangannya masing-masing, maka para produsen
biasanya mencampurkan antara kedua sumber shortening tersebut. Di
Amerika, pemerintahnya mengizinkan penggunaan klaim sebagai lemak nabati
bagi shortening yang menggunakan campuran lemak hewani maksimal 10
persen. Artinya shortening nabati yang ditambahkan 5 atau 8 persen lemak
hewani masih bisa diklaim sebagai shortening nabati.
Nah, di sinilah muncul masalah bagi konsumen Muslim. Dengan status
“nabati” yang masih tercampur 5 persen hewani tersebut menyebabkan
konsumen akan tertipu dengan klaim meyesatkan tadi. Jadi tak ada pilihan
lain bagi kita, selalin hati-hati dan teliti sebelum membeli.
sumber : halalguide.info
numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*