II.I. Tahapan Proses Pabrik
Butadiena dari Alkohol
1. Tahap Persiapan Bahan Baku
Bahan baku etil alcohol diambil dari tangki
penyimpanan pada kondisi cair tekanan 1 atm dan suhu 32oC. Etil
alcohol dialirkan menuju heater untuk
menaikkan suhu sampai suhu cair jenuhnya yaitu 86,92oC , kemudian
dialirkan ke separator. Hasil atas
dari separator dialirkan ke heater untuk dipanaskan sampai kondisi
reactor 325oC untuk umpan reactor , sedangkan hasil bawah yang
berupa cairan dikembalikan menuju separator.
2. Tahap Reaksi
Tahap ini bertujuan untuk mereaksikan etil alcohol
membentuk asetaldehid dalam reactor fixed
bed multi tube. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Reaksi etil alcohol menghasilkan asetaldehid
berlangsung dalam fase gas pada suhu sekitar 325oC dan tekanan 1
atm. Reaktor yang digunakan adalah fixed
bed multitube karena katalis yang digunakan berumur panjang (12-18 bulan)
dan reaksi yang terjadi di dalam reactor adalah reaksi endotermis yang
membutuhkan perpindahan panas yang besar. Reaktan mengalir melalui tube-tube yang berisi katalis, sedangkan
pemanas yaitu Dowterm A melalui shell.
Gas keluar pada suhu 325oC dan bersama dengan etil alcohol umpan
segar dan recycle diumpankan menuju heater untuk dinaikan suhunya sampai
kondisi operasi reactor pada suhu 350oC.Reaksi yang terjadi pada
reactor kedua:
Reaksi etil alcohol dan asetaldehid menghasilkan
butadiene berlangsung dalam fase gas pada suhu sekitar 350oC dan
tekanan 1 atm , reaktan mengalir melalui tube-tube
yang berisi katalis , sedangkan pemanas yaitu Dowterm A melalui Shell.
3. Tahap Pemurnian
Gas keluar reactor kedua pada suhu 350oC
serta diturunkan suhunya sampai 160oC , selanjutnya umpan dimasukan
ke splitter produk atas berupa hydrogen dan butadiene yang kemudian diumpankan
ke pendingin untuk diturunkan suhunya 50oC, hasil bawah digunakan
untuk steam. Selanjutnya diumpankan menuju absorber yang berfungsi untuk
menyerap etil alcohol sisa reaksi dengan media penyerap air. Produk atas berupa
produk butadiene akan diumpankan menuju splitter yang berfungsi untuk
memisahkan hydrogen dengan produk butadiene. Sedangkan produk bawah berupa
butadiene akan dipompa dengan dialirkan menuju tangki penyimpanan produk dan
produk bawah absorber dipompa menuju unit pengolahan limbah.
*Lampiran , Process Engineering Flow Diagram*
(Sumber : http://jurnal.lapan.go.id/index.php/majalah_sains_tekgan/article/.../1507)
II.II Batch Proses vs Continous
Process
1. Batch Process memiliki karakteristik sebagai berikut:
a)
Volume produksi
yang relative kecil (production typically < 500,000 kg/yr )
b)
Production rate
yang cukup bervariasi
c)
Penggunaan kembali
peralatan pabrik yang sama terhadap tahap prosesnya (shared equipment)
d)
Operasi
Multiproduct
e)
Banyak tahap
isolasi (isolation step)
f)
Banyak kesatuan
(intergrity) antar alat yang dibutuhkan, karena dengan peralatan yang sama
ingin memproduksi bermacam produk
g)
Process variables
subject to adjustment
h)
Tidak efisien,
setiap akhir produksi, peralatan proses dimatikan dan dikonfigurasi ulang yang
menyebabkan jeda antar proses produksi
2. Continous Process memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a)
Volume produksinya
yang relative besar
b)
Production rate
yang tetap atau tunak (steady)
c)
Penggunaan
peralatan pabrik yang khusus/tersendiri untuk setiap tahap prosesnya (single
product use)
d)
Operasi
Single-product
e)
Sedikit tahap
purification
f)
Kesatuan
(intergrity) antar alat yang tidak dibutuhkan ,
karena setiap proses memiliki peralatan yang khusus/tersendiri
g)
Invariable process
adjustment
h)
lebih efesien,
karena pengecekan menyeluruh (overhaul) terhadap alat-alat proses bias dalam
jangka waktu yang lebih lama, missal enam bulan sekali atau satu tahun sekali
(SUMBER: Korrovesi, Ekaterini and Lininger, Andreas
A., 2006, “Batch Processes”, Taylor & Francis Group, New York.)
No comments:
Post a Comment